Sejarah

Komisi JPIC Bruder Maria Tak Bernoda (MTB)/Congregatie Broeders van Huijbergen (CFH) merefleksikan penghayatan iman akan Kerajaan Allah, pengalaman bangsa Israel dan Gereja akan kehadiran Allah dalam hidup di dunia dewasa ini. Dalam tradisi iman Yahudi-Kristiani, Allah dikenal sebagai Allah Moral bukan Allah kultis atau ritual. Pernyataan diri Allah moral itu memuncak dalam proses inkarnasi Yesus Kristus menjadi manusia (Emanuel). Allah mau peduli dan solider terhadap realitas hidup umat manusia (bdk. Kel 3:7; Ul 4:7; Yoh 1:1). Itulah pengalaman akan Allah dalam sejarah bangsa Israel dan Gereja Perdana. Kepedulian dan cinta-Nya kepada manusia menjadi nyata dalam pewartaan dan tindakan (verba et facta). Yesus hadir secara indrawi-historis Allah moral yang peduli dan berpihak pada kepentingan kesejahteraan dan keselamatan manusia.

Yesus dalam hidup-Nya sungguh menaruh perhatian pada persoalan manusia. Yesus memperhatikan korban diskriminasi sosial-religius seperti pemungkut cukai, pendosa publik, orang miskin, dan pembebasan perempuan dari diskriminasi gender yang dilegitimasi oleh aturan agama. Ini semua menunjukkan betapa Yesus berkomitmen mewujudkan Kehendak Bapa-Nya. Mukjizat dalam kisah-kisah tersebut dimaknai sebagai peneguhan kebenaran sabda bukan pamer unjuk kehebatan-Nya. Selanjutnya, Yesus mengutus para murid-Nya untuk tugas perutusan dan mereka dilengkapi dengan kuasa dan karunia menyembuhkan, mengusir setan, dan mengampuni dosa (bdk. Mat 10:5-15; Mrk 6:6b-13; Luk 9:1-6; Yoh 20:22-23). Tugas para murid Yesus itu kini dilanjutkan oleh Gereja.

Tarekat Bruder MTB sebagai bagian dari Gereja mengambil tugas perutusan dan misi Yesus dengan membentuk JPIC Bruder MTB. JPIC Bruder MTB merupakan bagian integral dari pelayanan persaudaraan Bruder MTB di Indonesia untuk menegakkan keadilan, perdamaian, dan keutuhan ciptaan. Allah menciptakan alam beserta isinya dan Allah melihat semuanya itu baik (Kejadian 1: 9-29); segala yang dijadikanNya itu sungguh amat baik (Kejadian 1: 31) dan semuanya saling membutuhkan dan melengkapi. Dengan berpedoman semangat Injil dan spiritualitas Santo Fransiskus Assisi, JPIC Bruder MTB berusaha mengupayakan cara hidup dan karya kerasulan yang menjawab tantangan zaman, kepedulian, dan pembelaan bagi kaum miskin dan tertindas.

Sebagai mahkota ciptaan Allah, JPIC dan semua Bruder MTB dipanggil untuk menaruh perhatian dan kepedulian pada kehidupan di jagat yang sarat dengan tindak ketidakadilan, kekerasan, konflik, dan penindasan-perusakan terhadap lingkungan hidup. Kita semua dipanggil untuk mencintai, mencari yang benar, dan melakukan yang adil untuk membangun keutuhan atas ciptaan Allah yang baik dan sungguh amat baik.

Dunia modern ini diwarnai oleh hasrat akan kuasa untuk menindas; hasrat untuk menggejar kenikmatan-kesenangan pribadi; dan hasrat akan harta, sehingga menjadi serakah seperti dalam doa kita “Bapa Pencipta dan Mahapengasih”. Hasrat jahat tersebut telah merusak tatanan ciptaan Allah yang baik dan sungguh amat baik. Gerakan JPIC mengajak kita menyadari hasrat tersebut. Dalam Bahasa spiritual, Paus Paulus Yohanes II mengajak kita melakukan “pertobatan ekologis”. Artinya, ada kesadaran baru akan asal usul alam beserta isinya dari tangan Sang Pencipta yang satu; kita saling menjaga dan memelihara. Kita manusia merupakan milik alam (makhluk ekologis) dan ekologi adalah rumah kita. Kesadaran akan cara berada baru, bukan lagi “ego-logi” (antroposentrisme) melainkan “eco-logi” merawat bumi rumah kita bersama.

Pertobatan ekologis (pembaruan komitmen) dan kesadaran ekologis berarti keluar dari diri (egoisme) menuju diri yang lain, yakni sesama ciptaan, sambil mengembangkan kepedulian hakiki dengan memelihara, merawat, peduli (care), menyembuhkan, dan memulihkan. Dalam Laudato Si, Paus Fransiskus menekankan bahwa sikap dasar melampaui diri itu dengan mendobrak pikiran tertutup dan keterpusatan pada diri menjadi akar yang memungkinkan segala perhatian diarahkan kepada orang lain dan lingkungan, yang menimbulkan tanggapan moral untuk menghitung setiap dampak tindakan dan keputusan pribadi terhadap dunia sekitar kita.

Alam ciptaan amat rapuh dan tak berdaya dihadapkan pada kedigdayaan teknologi manusia yang mengubahnya untuk pemenuhan hasrat konsumerisme yang tidak berbatas. Maka, persoalan lingkungan hidup adalah persoalan moral manusia. Persoalan moral menyangkut kesadaran dan tanggung jawab kita terhadap diri sendiri, sesama, alam ciptaan, dan di hadapan Sang Pencipta. Karena segala hasrat jahat manusia bersumber dari dalam diri, pemulihan dan penyembuhan lingkungan akan efektif dapat kita lakukan dengan pertobatan, pembaharuan, dan pembenahan diri. Kita mengubah keyakinan dan cara berpikir, mengubah persepsi dan kesadaran akan nilai, serta menata gaya hidup, pola berpikir menjadi tuntutan. Gagasan tersebut menjadi pemikiran, keputusan, tindakan, dan gerakan moral JPIC dalam persaudaran Bruder MTB/CFH.