Catatan Tahun 2023 & Lembaran Baru 2024

0

Sesaat lagi, kita akan mengucapkan selamat tinggal tahun 2023 dan selamat datang tahun 2024. Putaran bumi selama tahun 2023 serasa begitu cepat dan harus ganti 2024. Kita hanya merasa lambat  atau cepat pergantian angka-angka penanda waktu setahun. Perhitungan waktu bagi manusia dan Tuhan itu berbeda. Bagi TUHAN seribu tahun  sama seperti satu hari dan satu hari sama seperti seribu tahun (2 Petrus 3:8). Dalam pandangan Tuhan satu hari tidak ada bedanya dengan seribu tahun, kedua-duanya sama saja bagiNya. DIAlah Alfa dan Omega, awal dan akhir sampai selama-lamanya, kekal abadi. Artinya DIA sendiri adalah Sang Waktu.

Tuhan mengadakan adanya waktu, sedangkan manusia memberi angka-angka pada jam, hari, bulan, tahun sebagai kurung waktu tertentu. Ternyata angka-angka yang diberikan manusia pun ada batasnya. Bila angkanya bertambah manusia merasa bersyukur dan sebaliknya bila sampai pada batas angka tertentu manusia pun harus ikhlas-rela pergi/ganti. Tuhan memberi waktu ada siang dan malam selebihnya, manusia diberikan kebebasan untuk mengatur waktu hidupnya. Ada pagi hari, siang hari, sore hari, dan malam hari begitu adanya waktu berjalan secara teratur sesuai dengan hukum alam-perputaran bumi mengelilingi matahari. Semua aktivitas baik manusia maupun alam semesta ada waktunya, demikian menurut kitab Pengkhotbah (3:1-15).

Adanya Waktu

Waktu dapat diartikan seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung; saat yang ditentukan untuk melakukan sesuatu; kesempatan, peluang; perhitungan hari, bulan, tahun; dan saat yang ditentukan berdasarkan pembagian bola dunia (KBBI). Waktu diadakan Tuhan dan diberikan kepada manusia dan segenap ciptaan.

Dalam pergantian tahun 2023 ke 2024 ini patut kita bertanya pada diri sendiri untuk apa Tuhan memberi waktu kepada saya; mengapa dan bagaimana waktu tersebut digunakan oleh saya dalam hidup ini? Hal ini penting untuk membangunkan kesadaran kita, sehingga tidak terjebak dalam rutinitas dan berlalu tanpa jejak (makna) karena semuanya nampak biasa-biasa saja. Karena soal waktu tidak ada yang baru … Dia ada lama sebelum kita ada, maka ingatlah bahwa semuanya mengalir, sehingga Pengkhotbah (1: 1-11) menegaskan segala sesuatu akan sia-sia belaka, jika tidak kita sadari perjalanan waktu.

Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan pergi tidur larut malam. Kata-kata dari Mazmur (127:2) ini bukan untuk melemahkan niat melainkan sebuah motivasi bagaimana kita berjalan bersama waktu dan kita menjadi bagian dari waktu itu sendiri. Karena integral, perjalanan hidup ini harus mempunyai arti dan makna. Untuk memaknai perjalanan hidup yang penuh susah dan derita ini, kita terus-menerus bertanya, sehingga bijak menjalaninya. Jika tidak, hidup kita hanya menghabiskan waktu atau sia-sia belaka.

Waktu semata-mata anugerah dan berkat Allah bagi kita. Pemberian itu atas dasar KASIH. Kasih menumbuhkan iman dan harapan. Kasih berjalan dalam kedamaian, keadilan, kebenaran dan kebaikan. Semuanya itu dapat terwujud bila kita memiliki kebijaksanaan seperti yang dimohonkan raja Salomon. Maka dalam perjalanan tahun 2023, adakah kita memiliki peacelove, dan wisdom ?

Tahun 2023

Pelangi di senja penghujung 2023 segera pergi. Kepergiannya membawa tangisan yang tak terkatakan. Tinggal jejak-jejak kenangan yang mungkin tidak terulang lagi. Penyesalan datang, tetapi sudah terlambat. Mari kembali membangun maaf dan pengampunan pada diri sendiri, sesama dan alam semesta bahwa titik-titik noda tidak lebih dari kekilafan karena ego yang menjadi diri tidak sempurna. Namun, itu semua tidak diperhitungkan Tuhan. Sebelum fajar merekah, Sang Waktu dengan KASIHNya telah membangunkan kita untuk membuka lembaran baru. Kita mendapat kesempatan, peluang baru untuk berkisah tentang KASIH pada lembaran baru. Ikhlas dan merelakan kepergian 2023 bersama angin, bulan, awan, hujan serta aroma bakaran, kembang api malam ini.

Segala beban, persoalan, perkara, bahkan sengketa sekalipun di 2023 harus ditinggalkan. Kita diciptakan dan hadir dalam waktu bukan pertama-tama untuk menyelesaikannya. Itu semua sebagai ujian, batu loncatan, pengalaman, dan bahan pembelajaran kehidupan. Lebih dari itu menjadi modal untuk kembali menata diri, mengendalikan diri, membangun kesadaran diri, dan untuk memekarkan diri sebagai Imago Dei.  Karena perjalanan waktu ada dalam rancangan dan rencana Tuhan. Kita diajak menggabungkan rancangan dan rencana kita dengan Tuhan. Jika tidak, kita akan menuai kekecewaan, sakit hati, tersinggung, iri hati, benci dan dendam. Akhirnya, kita menjadi serakah bahkan merasa kekurangan waktu karena sibuk mengurus sana-sini yang belum selesai. Rancangan dan rencana Tuhan mengajak cara kita berpikir, merasa, berkata-kata, bertindak seperti cara Tuhan, yakni KASIH.

Mari kita berdendang “Auld Lang Syne” lagu wajib pergantian tahun. Should auld acquaintance be forgot, and never brought to mind? Should auld acquaintance be forgot, and auld lang syne?  Dalam versi bahasa Indonesia: Kini tiba saatnya, kita untuk berpisah. Selamat tinggal tahun yang lama, penuh kenangan. Ada pertanyaan retoris, “Pantaskah (kita) melupakan para sahabat lama dan kenangan indah masa lalu?” Tidak! Lagu ini mengajakan kita untuk merayakan keindahan masa lalu dan bersulang untuk harapan masa depan. Pada akhirnya, kita saling bergandengan tangan sambil bernyanyi dan menari gembira-ria. Namun, ada bait yang menyela sebelum bait terakhir, bahwa hal itu hanyalah kenangan. Tidak mungkin dilakukan, karena tempat tinggal kita berjauhan.

Tahun 2024

Apa yang kita cari dalam hidup ini? Pertanyaan ini membantu kita dalam memilah dan memilih tawaran yang penting dalam ziarah hidup di tahun 2024. Agung Webe mengajak kita menetapkan apa kebutuhanku sekarang, apa tujuan yang mau dicapai, dan apakah lingkunganku sekarang mendukung saya mencapai tujuan. Agung bermaksud agar di lembaran baru 2024 kita lebih fokus, konsisten dan menghargai waktu. Tawaran dunia semakin banyak, sehingga kita mengikuti kebutuhan ataukah keinginan. Tujuan menjadi kompas kita melangkah, sementara lingkungan sangat relatif tergantung cara dan pola pikir, rasa, kata, dan aksi diri kita. Karena sudut pandang, persepsi kita yang tidak jernih-positif akan memengaruhi dalam menghadapi lingkungan.

Waktu ini sangat singkat dan tidak terulang lagi kesempatan, maka kita perlu displin. Hidup bukan sekadar mengisi waktu. Dalam ziarah ini setiap orang mencari kedamaian, kebahagiaan dan ketenangan. Di mata Stoa damai, bahagia, tenang itu sederhananya kita terbebas dari tekanan emosi. Kaum filsuf Stoa (filosofi Stoisisme) mendorong agar kita melakukan praktik dan latihan askesis. Ini sebuah way of life untuk kita berdisiplin dalam mengendalikan pikiran, emosi, kata-kata dan aksi. Demikian sumbangan kaum Stoa untuk menolong kita agar terbebas dari hasrat eksesif.

Pengendalian diri dapat terjadi bila ada kesadaran. Kesadaran hanya dapat ditemukan dalam keheningan (meditasi), sehingga kita menemukan Diri sejati. Keheningan menjadi simbol kita belajar spiritual. Setyo Hajar Dewantoro mengatakan identitas dari mereka yang belajar spiritualitas, yakni bebas dari keserakahan, kekejaman, watak egoistik dan kompetitif. Kesadaran mencerminkan bagaimana pola pikir, emosi, kata-kata, aksi kita yang merepresentasikan tingkat keterhubungan dengan Diri sejati, Tuhan, sesama dan alam semesta.

Tahun 2024 ini bershio Naga Kayu. Orang akan mengadu keberuntungan pada Naga Kayu, tentu keras. Kita tidak masuk dalam hitungan ramalan, tetapi sebuah pengharapan dalam iman dan kasih untuk menjadi lebih baik dari kemarin (2023). Sebagian  orang menginginkan yang terbaik dalam hidup. Akan tetapi, kita bukanlah yang terbaik melainkan tak jemu-jemunya melakukan kebaikan walaupun itu kecil-kecil. Karena kita hadir untuk menjadi berkat dan perpanjangan dari tangan Tuhan. Dan ingat, jangan pernah merasa diri penting dalam kehidupan sesama karena hati manusia cepat berubah. Hari ini mungkin Anda dianggap penting dalam hidupnya, besok mungkin saja Anda sudah dianggap sampah. Maka janganlah kamu menjadi pelangi di depan mata orang yang buta warna. Karena kamu tidak akan pernah meyakinkan seekor lalat bahwa bunga jauh lebih indah daripada sampah. Mulai saat ini dan seterusnya, kita akan menjadikan hidup ini sebagai perayaan kegembiraan dan keceriaan bagi sesama. Semoga!

Akhir kata …Selamat tinggal tahun 2023 yang  penuh kenangan. Dan Selamat datang tahun 2024 yang penuh pengharapan. Sahlom… Tuhan memberkati. (*** Br. Gerardus Weruin, MTB).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *